Aku benci kitabmu, dia racun bagi
perempuan waktu mulutmu berkotbah mengklaim ketelanjanganku adalah sumber dosa.
Payudara nyembul, paha mulus, pantat
montok, wajah molek, mngapa jdi alasan mereka menggerayangi tubuh dan
mengoyak vaginaku?.
Menonton tv di hari minggu? Ini
bisa bikin anak mengidap HIV/AIDS, penyakit menular seksual,hamil di luar nikah
dan tak bermoral. Begitukah? Picik.
Ingin kutato jubahmu dengan lendir
vaginaku waktu kau mendesis dgn geram HIV/AIDS itu karena gonta ganti
perempuan. Perempuan lagi!.
Kau bilang berharap tak ada obat untuk
HIV/AIDS biar tak ada lagi yg selingkuh. Begitukah? Sesat.
Dan lagi, masih kau marahi aku yg
terlalu bau karena berkeringat setelah memasak, mencuci, menyuapi anak, menyapu
Katamu: "Hah suami pergi kau
berdaster merah, pulang pun kau masih berdaster merah dan bau amis. Wajarlah
jika suamimu mencari perempuan yg lebih harum dan indah". Begitukan
katamu? Sesat
Pun kau ajari aku, berdandan, merahkan
bibirku dengan lipstik 5000.
Gosok rexona di ketiak, oleskan lotion
di kaki, tangan
Hingga jika suamiku pulang, dia gembira,
bergejolak, berhasrat menyetubuhiku
Lalu kami akan bercinta tanpa perlu
makan siang... Hot.
Kucatat ajaran-mu....
Ah kau tak tahu rupanya
Tentang vaginaku ini anakku tersenyum,
darinya dia menikmati hangat matahari
Tentang payudaraku ini, anakku
mencintainya sungguh, ini sumber kehidupannya
Tentang perut gendutku ini, anakku
bilang "Ini istanaku, Mama"
Kitab-kitabmu, kotbah dan desisanmu
telah bersenyawa dengan ketakutanmu untuk menemukan sejarah hidupmu, kucatat
semua.
Ijinkanku menertawakan ketakutanmu pada
telanjang, pada perempuan, pada bau ketiak, pada daster merah ha ha ha ha...
Ijinkan kurangkum catatan khotbahmu
dalam kitab Sesat Pikir.....hahaha
Ijinkan.... ah atau tak perlu ijin aku
ingin menertawai semua ini
Ini tangisku, isak perempuan-perempuan
bisu di bilik kamar gelap
Tambolaka, 16-17 Mei 2013
Terima kasih Bupati Sumba Pinggir,
Yongky H. Suaryono untuk jahitan-jahitan manis
Spesial untuk Forum Perempuan Rahimku,
perempuan-perempuan Sumba, sahabatku yang terpapar HIV dan sahabat-sahabat
lainnya yang selalu saja ter-stigma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar