Oleh
Martha Hebi[1]
“Ibu, mau foto pakai kuda?”
ujar seorang anak laki-laki menawarkan kuda belangnya pada seorang pengunjung
di di Bukit Wairinding, Desa Pambotanjara, Sumba Timur Nusa Tenggara Timur
(NTT).
“Kudanya liar tidak?
Nanti saya malah kena tendang,” sahut pengunjung tadi.
“Ini kita punya kuda
sendiri, Ibu. Dia jinak.” Anak lelaki ini mengelus punggung kudanya. Lanjutnya,
“Kalau untuk foto dengan kuda, dua puluh lima ribu saja. Kalau tunggang kuda
putar-putar di sini untuk foto, lima puluh ribu, Ibu. Kita bisa bantu foto
juga, Ibu.” Percakapan mereka diakhiri dengan kesepakatan, sewa kuda untuk
berfoto.
Bukit Wairinding adalah
salah satu kawasan wisata yang menyuguhkan pemandangan hamparan bukit tanpa
pepohonan. Di lembahnya ada padang sabana, atau sederet pepohonan seperti garis
berkelok. Orang kerap menyebut Wairinding dengan nama Bukit Seribu. Kawasan
wisata ini mulai ramai pengunjung sejak digunakan untuk syuting Film Pendekar
Tongkat Emas pada tahun 2014.
Di senja hari, warna keemasan
matahari menyapu bukit-bukit. Di ufuk barat, langit orange seperti lukisan.
Pemandangan inilah yang dinantikan para pengunjung. Rata-rata pengunjung
mengabadikan dengan foto ataupun video. Namun ada juga pengunjung yang memilih
duduk dan menikmati angin padang sabana, matahari senja dengan secangkir kopi
Sumba hingga gelap turun.
Bagi yang mencintai pagi,
bisa menjumpai butiran embun di ujung rerumputan, kadang-kadang ada kabut,
dingin, udaranya terasa segar dan bersih. Pukul enam, matahari sudah merayap
naik. Bukit-bukit menjadi hangat.
Tak Repot Cari Uang
Kembalian
Dua puluh lima meter di
bawah bukit, ada gerbang untuk masuk ke kawasan wisata ini. Di situ ada lapak
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Harapan Baru. BUMDes ini milik Desa
Pambotanjara. Soni Nggalah Amah diangkat sebagai direktur pada tahun 2022.
Pemuda berusia 29 tahun ini bersama enam rekan mudanya mengelola lapak ini.
Beragam dagangan dipajang
di situ. Sarung, kain, selendang semuanya tenunan Sumba. Ada juga anting,
gelang yang terbuat dari manik-manik dan perca tenunan. Ada juga oleh-oleh lain
berupa snak, minuman herbal. Dekat barang dagangan mereka ada dua papan barcode
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Mereka sudah menggunakan
QRIS sejak Juli 2022 bekerja sama dengan Bank NTT.
“Kami ada tujuh orang
yang mengelola BUMDes. Lima laki-laki, dua perempuan. Kawan perempuan yang satu
sedang cuti melahirkan,” kata Soni. Mereka mendapat tugas dari Pemerintah Desa
untuk mengelola kawasan wisata Bukit Wairinding, mulai dari parkir kendaraan,
karcis masuk, sewa lokasi pemotretan prewedding atau pemotretan lainnya.
“Kami sangat terbantu
sejak menggunakan QRIS. Banyak tamu dari luar misalnya dari Amerika, Australia,
Jerman, ada dari Asia juga, dari Jakarta, Bogor, mereka tidak punya uang tunai
yang cukup saat belanja di sini. Jadi, kami tawarkan untuk menggunakan
pembayaran non tunai lewat QRIS,” cerita Soni.
Dia mengisahkan
seringkali pedagang yang menjajakan makanan ringan, oleh-oleh atau warga yang
menyewakan kuda, pakaian adat tidak memiliki uang kembalian. Juga sebaliknya
wisatawan yang tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk berbelanja. Kondisi
ini sangat merugikan kedua belah pihak. Jadi, ketika Bank NTT menawarkan
fasilitas QRIS, Soni dan pengelola BUMDes langsung menyetujuinya.
Sebelum menggunakan QRIS
dan mesin EDC, staf Bank NTT melakukan diskusi dengan Pemerintah Desa,
pengelola BUMDes dan masyarakat setempat. Soni menuturkan kembali kegunaan lain
penggunaan QRIS yaitu untuk mencegah beredarnya uang palsu, memudahkan
transaksi, dana bisa langsung masuk ke rekening yang sudah ditentukan, menekan
kemungkinan kehilangan uang tunai.
Masyarakat setempat yang
berjualan atau menawarkan jasa sewa kuda dan pakaian adat bisa menggunakan QRIS
milik BUMDes. Pengelola BUMDes langsung memberikan uang tunai kepada warga
tanpa biaya administrasi.
Membantu Perempuan
Awalnya BUMDes hanya menggunakan
QRIS namun di kemudian hari mereka mendapatkan tambahan fasilitas yaitu mesin
EDC (Electronic Data Capture). Paket QRIS dan mesin EDC ini, cerita
Soni, memberikan hasil yang cukup membantu pembayaran insentif pengelola BUMDes.
Sebulan berkisar Rp.3.000.000. Pernah juga mencapai Rp. 5.000.000. Keuntungan
ini dibagi untuk pengelola BUMDes karena mereka belum mendapatkan insentif dari
dana desa.
Soni berkisah tentang
mesin EDC yang secara khusus sangat membantu perempuan di desanya.
“Mama-mama biasanya kalau
mau kirim uang untuk anak yang kuliah di luar (Sumba Timur), harus ke Waingapu.
Kalau naik ojek, biayanya lima puluh ribu. Kalau naik bis paling tidak tiga
puluh ribu. Belum lagi beli makan minum, antri di bank. Masyarakat juga hemat
waktu.” Di BUMDes, masyarakat cukup membayar lima ribu hingga lima belas ribu
rupiah. Jarak Desa Pambotanjara ke Waingapu, ibu kota kabupaten, 24
kilometer.
Soni melanjutkan,
kadangkala ada kebutuhan mendesak di malam hari atau hari libur, pengelola BUMDes
tetap melayani masyarakat. Para ibu juga terbantu karena BUMDes melayani
pembelian token listrik, pulsa telepon.
Menjangkau Desa Terpencil,
Strategi Perluasan Penggunan QRIS
Selain BUMDes Harapan
Baru, pengguna QRIS di NTT meningkat pesat.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT melaporkan bahwa terjadi lonjakan
pengguna QRIS. Pada tahun 2021 pengguna QRIS sekitar 15.000, pada tahun 2022
menjadi 137.459. Dalam setahun terjadi penambahan 122.459 pengguna atau
peningkatan 816 persen dengan transaksi bernilai Rp. 129,83 miliar. [2]
Secara nasional, Bank
Indonesia (BI) mencatat hingga Juni 2023, ada 26,7 juta merchant QRIS dan 91,4%
dalah UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Kebijakan BI terkait penggunaan
QRIS ini mendapatkan penghargaan Indonesian Recognition of Excellent 2023
dari OpenGov Asia. Inovasi penggunaan QRIS dinilai memberikan dampak positif
bagi masyarakat dalam upaya transformasi digital. [3]
Transaksi digital ini
dominasi terjadi di wilayah perkotaan. Begitu juga total besaran transaksinya.
Namun kondisi ini tidak berarti bahwa pedesaan diabaikan. Prestasi BI ini perlu
disertai juga strategi menjangkau desa-desa terpencil di Indonesia. Ditambah lagi wilayah pedesaan merupakan
kepingan puzzle wisata yang digemari saat ini.
Sektor pariwisata
merupakan salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Ide penetapan desa-desa
wisata menjadi penyokong upaya kerja kolaborasi masayarakat dengan pemerintah
yang erat kaitannya dengan transaksi digital atau secara khusus optimalisasi
pengunaan QRIS.
Satu hal penting yang
perlu dipikirkan bersama adalah akses internet dan listrik di wilayah wisata
yang nota bene merupakan desa terpencil atau tertinggal. Kerja kolaborasi antar
sektor bisa menjadi solusi menjangkau wilayah terpencil sekaligus memperbaiki
akses layanan publik.
Pambotanjara adalah salah
satu desa wisata yang sedang berbenah menghadapi sistem transaksi digital. Desa
ini memperoleh Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2023 dari Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Langkah pertama sudah diawal dengan penggunaan
QRIS dan EDC. Soni dan kawan-kawannya masih terus mengorganisir kekuatan warga
dan melakukan edukasi mereka dengan pengetahuan terbaru.
Sayup-sayup terdengar dari
gawai seorang kawan "QRISnya satu,
menangnya banyak!".
[1] "participant of BI Digital Content Competition 2023” yang diberi link ke website www.bi-digitalcompetition.com
[2] https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/02/03/pengguna-qris-di-ntt-naik-816-persen diakses pada 31 Oktober 2023.