Minggu, 05 November 2023

QRIS Menjangkau Desa Terpencil, Meningkatkan Ekonomi Warga

Oleh Martha Hebi[1]

 

 

“Ibu, mau foto pakai kuda?” ujar seorang anak laki-laki menawarkan kuda belangnya pada seorang pengunjung di di Bukit Wairinding, Desa Pambotanjara, Sumba Timur Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kudanya liar tidak? Nanti saya malah kena tendang,” sahut pengunjung tadi.

“Ini kita punya kuda sendiri, Ibu. Dia jinak.” Anak lelaki ini mengelus punggung kudanya. Lanjutnya, “Kalau untuk foto dengan kuda, dua puluh lima ribu saja. Kalau tunggang kuda putar-putar di sini untuk foto, lima puluh ribu, Ibu. Kita bisa bantu foto juga, Ibu.” Percakapan mereka diakhiri dengan kesepakatan, sewa kuda untuk berfoto.

Bukit Wairinding adalah salah satu kawasan wisata yang menyuguhkan pemandangan hamparan bukit tanpa pepohonan. Di lembahnya ada padang sabana, atau sederet pepohonan seperti garis berkelok. Orang kerap menyebut Wairinding dengan nama Bukit Seribu. Kawasan wisata ini mulai ramai pengunjung sejak digunakan untuk syuting Film Pendekar Tongkat Emas pada tahun 2014.

Di senja hari, warna keemasan matahari menyapu bukit-bukit. Di ufuk barat, langit orange seperti lukisan. Pemandangan inilah yang dinantikan para pengunjung. Rata-rata pengunjung mengabadikan dengan foto ataupun video. Namun ada juga pengunjung yang memilih duduk dan menikmati angin padang sabana, matahari senja dengan secangkir kopi Sumba hingga gelap turun.

Bagi yang mencintai pagi, bisa menjumpai butiran embun di ujung rerumputan, kadang-kadang ada kabut, dingin, udaranya terasa segar dan bersih. Pukul enam, matahari sudah merayap naik. Bukit-bukit menjadi hangat.

Tak Repot Cari Uang Kembalian

Dua puluh lima meter di bawah bukit, ada gerbang untuk masuk ke kawasan wisata ini. Di situ ada lapak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Harapan Baru. BUMDes ini milik Desa Pambotanjara. Soni Nggalah Amah diangkat sebagai direktur pada tahun 2022. Pemuda berusia 29 tahun ini bersama enam rekan mudanya mengelola lapak ini.

Beragam dagangan dipajang di situ. Sarung, kain, selendang semuanya tenunan Sumba. Ada juga anting, gelang yang terbuat dari manik-manik dan perca tenunan. Ada juga oleh-oleh lain berupa snak, minuman herbal. Dekat barang dagangan mereka ada dua papan barcode QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Mereka sudah menggunakan QRIS sejak Juli 2022 bekerja sama dengan Bank NTT.

“Kami ada tujuh orang yang mengelola BUMDes. Lima laki-laki, dua perempuan. Kawan perempuan yang satu sedang cuti melahirkan,” kata Soni. Mereka mendapat tugas dari Pemerintah Desa untuk mengelola kawasan wisata Bukit Wairinding, mulai dari parkir kendaraan, karcis masuk, sewa lokasi pemotretan prewedding atau pemotretan lainnya.

“Kami sangat terbantu sejak menggunakan QRIS. Banyak tamu dari luar misalnya dari Amerika, Australia, Jerman, ada dari Asia juga, dari Jakarta, Bogor, mereka tidak punya uang tunai yang cukup saat belanja di sini. Jadi, kami tawarkan untuk menggunakan pembayaran non tunai lewat QRIS,” cerita Soni.

Dia mengisahkan seringkali pedagang yang menjajakan makanan ringan, oleh-oleh atau warga yang menyewakan kuda, pakaian adat tidak memiliki uang kembalian. Juga sebaliknya wisatawan yang tidak memiliki uang tunai yang cukup untuk berbelanja. Kondisi ini sangat merugikan kedua belah pihak. Jadi, ketika Bank NTT menawarkan fasilitas QRIS, Soni dan pengelola BUMDes langsung menyetujuinya.

Sebelum menggunakan QRIS dan mesin EDC, staf Bank NTT melakukan diskusi dengan Pemerintah Desa, pengelola BUMDes dan masyarakat setempat. Soni menuturkan kembali kegunaan lain penggunaan QRIS yaitu untuk mencegah beredarnya uang palsu, memudahkan transaksi, dana bisa langsung masuk ke rekening yang sudah ditentukan, menekan kemungkinan kehilangan uang tunai.

Masyarakat setempat yang berjualan atau menawarkan jasa sewa kuda dan pakaian adat bisa menggunakan QRIS milik BUMDes. Pengelola BUMDes langsung memberikan uang tunai kepada warga tanpa biaya administrasi.

 

Membantu Perempuan

Awalnya BUMDes hanya menggunakan QRIS namun di kemudian hari mereka mendapatkan tambahan fasilitas yaitu mesin EDC (Electronic Data Capture). Paket QRIS dan mesin EDC ini, cerita Soni, memberikan hasil yang cukup membantu pembayaran insentif pengelola BUMDes. Sebulan berkisar Rp.3.000.000. Pernah juga mencapai Rp. 5.000.000. Keuntungan ini dibagi untuk pengelola BUMDes karena mereka belum mendapatkan insentif dari dana desa.

Soni berkisah tentang mesin EDC yang secara khusus sangat membantu perempuan di desanya.

“Mama-mama biasanya kalau mau kirim uang untuk anak yang kuliah di luar (Sumba Timur), harus ke Waingapu. Kalau naik ojek, biayanya lima puluh ribu. Kalau naik bis paling tidak tiga puluh ribu. Belum lagi beli makan minum, antri di bank. Masyarakat juga hemat waktu.” Di BUMDes, masyarakat cukup membayar lima ribu hingga lima belas ribu rupiah. Jarak Desa Pambotanjara ke Waingapu, ibu kota kabupaten, 24 kilometer. 

Soni melanjutkan, kadangkala ada kebutuhan mendesak di malam hari atau hari libur, pengelola BUMDes tetap melayani masyarakat. Para ibu juga terbantu karena BUMDes melayani pembelian token listrik, pulsa telepon.

 

Menjangkau Desa Terpencil, Strategi Perluasan Penggunan QRIS

Selain BUMDes Harapan Baru, pengguna QRIS di NTT meningkat pesat. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT melaporkan bahwa terjadi lonjakan pengguna QRIS. Pada tahun 2021 pengguna QRIS sekitar 15.000, pada tahun 2022 menjadi 137.459. Dalam setahun terjadi penambahan 122.459 pengguna atau peningkatan 816 persen dengan transaksi bernilai Rp. 129,83 miliar. [2]

Secara nasional, Bank Indonesia (BI) mencatat hingga Juni 2023, ada 26,7 juta merchant QRIS dan 91,4% dalah UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Kebijakan BI terkait penggunaan QRIS ini mendapatkan penghargaan Indonesian Recognition of Excellent 2023 dari OpenGov Asia. Inovasi penggunaan QRIS dinilai memberikan dampak positif bagi masyarakat dalam upaya transformasi digital. [3]

Transaksi digital ini dominasi terjadi di wilayah perkotaan. Begitu juga total besaran transaksinya. Namun kondisi ini tidak berarti bahwa pedesaan diabaikan. Prestasi BI ini perlu disertai juga strategi menjangkau desa-desa terpencil di Indonesia.  Ditambah lagi wilayah pedesaan merupakan kepingan puzzle wisata yang digemari saat ini.

Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang terbesar devisa negara. Ide penetapan desa-desa wisata menjadi penyokong upaya kerja kolaborasi masayarakat dengan pemerintah yang erat kaitannya dengan transaksi digital atau secara khusus optimalisasi pengunaan QRIS.

Satu hal penting yang perlu dipikirkan bersama adalah akses internet dan listrik di wilayah wisata yang nota bene merupakan desa terpencil atau tertinggal. Kerja kolaborasi antar sektor bisa menjadi solusi menjangkau wilayah terpencil sekaligus memperbaiki akses layanan publik.

Pambotanjara adalah salah satu desa wisata yang sedang berbenah menghadapi sistem transaksi digital. Desa ini memperoleh Anugerah Desa Wisata Indonesia tahun 2023 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Langkah pertama sudah diawal dengan penggunaan QRIS dan EDC. Soni dan kawan-kawannya masih terus mengorganisir kekuatan warga dan melakukan edukasi mereka dengan pengetahuan terbaru.

Sayup-sayup terdengar dari gawai seorang kawan "QRISnya satu, menangnya banyak!".

  

Tidak ada komentar: