Kamis, 06 Agustus 2020

Perempuan Pembuat Sejarah Itu Telah Pergi -Selamat Jalan Mama Ima Nudu-


Maria Imakulata Nudu (78) adalah seorang politikus yang pernah mewarnai dunia perpolitikan NTT. Dia menjadi anggota DPRD selama 20 tahun. Sepuluh tahun sebagai Anggota DPRD Kabupaten Sumba Barat pada tahun 1977-1987 dan sebagai Anggota DPRD Provinsi sejak 1987-1997.
Mama Ima, demikian dia disapa, bukan sembarang politikus. Dia mencipta cara berpolitik dengan rumusnya sendiri. Dia “memasak” politik dengan seni dan menyajikannya dengan santun dan beretika.
Bakat seninya sejak kecil telah menghiasai kehidupan keluarga besar Bapak Yoseph Nudu. Bersama kedua adiknya, Carolin dan Anita Nudu, Ima kecil merayakan kehidupan mereka dengan bermain peran, membaca puisi, menyanyi. Bale-bale adalah panggung seni ketiga putri kecil ini.
Ini adalah puisi pertamanya saat masih di bangku SMP
Celup
Angkat
Lalu menari
Sesudah itu good bye
Mama Ima adalah salah satu dari 15 perempuan yang profilnya saya tulis dalamBuku Perempuan (Tidak) Biasa di Sumba Era 1965-1998 (Alteras, 2020). Dari proses mewawancarai para tokoh ini dan narasumber pendukung, sangat pantas Mama Ima dan 14 perempuan lainnya ini mendapat penghargaan sebagai Perempuan Pembuat Sejarah di Sumba.
Saat berjumpa secara rutin dengan Mama Ima sejak 2018 hingga 2019, Mama Ima selalu menuturkan bagaimana membangun harmoni dalam berpolitik. Sebuah tawaran yang terdengar aneh. Bukankah dalam berpolitik memang ada kawan dan lawan?
Mama Ima berpandangan, memang ada kawan dan lawan, namun jauh lebih penting adalah cita-cita besar yang didengungkan oleh semua pihak yang berpolitik : Kesejahteraan Rakyat.
Seni berpolitik ala Mama Ima sangat berkelas dan rasa Mama-mama. Dia membangun komunikasi dengan rakyat kecil dengan menggunakan bahasa mereka, bahasa rakyat. Mama Ima menjauhkan dirinya dari aroma khas politik, keras, sikut menyikut, kasar. “Politik Mama”nya Mama Ima ini penuh dengan syair kemanusiaan, lembut, relasi penghargaan antar manusia, penghargaan terhadap budaya.
Kecintaannya terhadap dunia politik betul-betul nampak pada tanggal 15 Februari 2019. Waktu itu Forum Perempuan Rahimku Sumba Barat Daya menyelenggarakan Penguatan bagi Caleg Perempuan SBD untuk Periode 2019-2024 di Oro, SBD, Mama Ima datang!
Semua tahu bahwa Mama Ima baru saja pulih dari serangan stroke. Mama Ima datang dengan langkah tertatih-tatih dan tongkat di tangan kanannya. Semangatnya telah melenyapkan sisa-sisa serangan stroke. Mama Ima diberi kesempatan bicara. Dia bangkit berdiri dan berorasi. Mama Ima mengirimkan energi bagi para perempuan yang mau berpolitik saat itu.
Waktu itu, saat makan siang, Mama Ima bilang pada saya bahwa dia harus bicara dengan para caleg perempuan agar tetap punya semangat dan hati di panggung politik. Dia berpesan agar para perempuan yang berpolitik mempunyai cara sendiri berkomunikasi dengan rakyat, harus punya cara dekat dengan rakyat dan mendengarkan hati mereka.
Hari ini, 2 Agustu 2020, saya mendapat kabar duka dari Kak Anggi, putri kedua Mama Ima bahwa Mama Ima telah pergi.
Mama Ima telah pergi dan dalam hidupnya telah menoreh sejarah bagi gerakan perempuan di Sumba. Mama Ima telah mencipta sebuah warna dalam berpolitik. Mama Ima mengajarkan kita bagaimana membuat hidup ini berarti dengan cara kita sendiri-sendiri.
Terima kasih Mama Ima. Rekam jejakmu adalah warisan tak ternilai bagi kami, bagi Sumba, bagi Indonesia. Rest in Peace, Mama Ima, Sang Feminis Sumba.



Waingapu, 2 Agustus 2020
Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk

Tidak ada komentar: